September 27, 2011

Menulis untuk menyembuhkan

Posted in Uncategorized pada 1:51 am oleh persadaarihta

Mungkin ini adalah jawaban untuk seseorang di luar sana, semoga dapat mengerti sedikit tentang keadaan yang terjadi.

————————————————————————————————–

Menulis untuk Menyembuhkan
Oleh: Andrias Harefa *

Jika Anda memiliki persoalan hidup yang pelik, menulis boleh jadi solusi yang perlu dicoba. Artinya, menulis dapat dijadikan kegiatan melakukan terapi diri, usaha menyembuhkan dari berbagai luka emosi atau sekadar mengatasi kecemasan yang overdosis.

Ada tips yang bisa dipraktikkan untuk itu. Pertama, temukan waktu dan tempat yang memungkinkan Anda tidak diganggu siapapun. Hal ini penting agar proses terapi tidak diganggu dengan interupsi.

Kedua, menulislah tanpa berhenti sedikitnya selama 20 menit. Biarkan semua yang terasa, terlihat, terdengar dari dalam diri muncul ke permukaan tanpa penilaian.

Ketiga, jangan pusingkan soal ejaan maupun tata bahasa. Anda tidak sedang menulis untuk publikasi tertentu. Anda tidak sedang mempersiapkan diri untuk mengikuti ujian bahasa Indonesia (atau bahasa lain yang Anda gunakan untuk menulis).

Keempat, menulislah hanya untuk diri sendiri. Ya, untuk diri sendiri. Seperti sedang menguraikan benang usut, menata serpihan-serpihan dari dalam diri sendiri. Bukan untuk diberitahukan kepada orang lain. Bukan untuk bahan pemikiran. Sekadar untuk melampiaskan, mengeluarkan, melepaskan, mengikhlaskan, memasrahkan.

Kelima, tulislah hal yang penting dan bersifat pribadi bagi anda. Jangan menyibukkan diri dengan hal-hal yang sepele, yang trivial, yang remeh temeh. Keluarkan yang benar-benar penting, yang benar-benar pribadi.

Keenam, hadapi kejadian dan peristiwa yang bisa anda atasi untuk saat ini. Untuk masalah-masalah yang mengingatnya saja bisa membuat Anda kehilangan kendali diri, singkirkan dulu. Tulis dan keluarkan apa yang sudah relatif bisa Anda atasi secara emosional.

Anda mau atau sudah pernah mencoba? Atau mungkin ada teman dan kerabat yang perlu kita sarankan untuk menyembuhkan luka-luka emosi dan batinnya dengan cara ini?

*) Andrias Harefa; Mindset Therapist; Penulis 35 Buku Best-Seller; Trainer Coach Berpengalaman 20 Tahun.

September 23, 2011

Posted in Uncategorized pada 9:12 am oleh persadaarihta

Minggu lalu setelah bermain sepakbola dengan tim Milanisti Indonesia, gw pulang dengan seorang teman dan berbincang mengenai beberapa hal. Dari sepakbola, pekerjaan, rumah, mobil dan sampailah pada topik yang menarik yaitu menikah…

Secara dia lebih tua dari gw, tapi belum juga mau menikah dan dimulailah perbincangan mengenai masalah pernikahan. Saat ini dia pacaran dengan ABG, bukan mau mengecilkan namun dengan umur yang telah cukup matang apakah tidak ada terbesit rasa ingin menikah. Ternyata selidik punya selidik, dia pacaran dengan ABG ini pun telah mengutarakan pendapatnya bahwa dia ga akan menikah dengannya. Dan ABG itu tetap mau aja lagi… Aneh memang tapi itu kenyataannya.

Back to topic, setelah berdiskusi cukup lama akhirnya gw dapat kesimpulan bahwa bukannya dia ga mau menikah, tapi hanya saja masa ingin menikah itu telah lewat. Dulu juga dia telah mempersiapkan segala sesuatunya dan pada akhirnya memang tidak jadi menikah, dan menurutnya rasa menikah itu sudah tidak ada lagi saat ini. Kedepannya mungkin tapi saat ini sepertinya sangat jauh.

Hal ini juga mungkin terjadi sama gw, ada rasa malas untuk berurusan dengan kata “menikah”. Bukan karena trauma atau apa, bukan karena tidak ada keinginan atau apa, tapi rasanya rasa ingin menikah itu telah lewat begitu saja. Mungkin juga karana belum menemukan wanita yang tepat.

Apalah namanya, apapun sebutannya, kembali lagi bahwa hidup, mati, rezeki dan jodoh sudah ada yang menentukan. Saat ini aku hanya ingin menikmati hidup tanpa ada keinginan yang sangat mendesak. Hanya mengikuti kaki melangkah dan keadaan membawaku. Semoga Allah selalu memberikan yang terbaik bagi hambanya… Aamiin.

September 9, 2011

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana…

Posted in Cerpen pada 6:20 am oleh persadaarihta

“De’… de’…. Selamat Ulang Tahun…” bisik seraut wajah tampan tepat di hadapanku.

“Hmm…” aku yang sedang lelap hanya memicingkan mata dan tidur kembali setelah menunggu sekian detik tak ada kata-kata lain yang terlontar dari bibir suamiku dan tak ada sodoran kado di hadapanku.

Shubuh ini usiaku dua puluh empat tahun. Ulang tahun pertama sejak pernikahan kami lima bulan yang lalu. Nothing special. Sejak bangun aku cuma diam, kecewa. Tak ada kado, tak ada black forest mini, tak ada setangkai mawar seperti mimpiku semalam. Malas aku beranjak ke kamar mandi. Shalat Subuh kami berdua seperti biasa. Setelah itu kuraih lengan suamiku, dan selalu ia mengecup kening, pipi, terakhir bibirku. Setelah itu diam. Tiba-tiba hari ini aku merasa bukan apa-apa, padahal ini hari istimewaku. Orang yang aku harapkan akan memperlakukanku seperti putri hari ini cuma memandangku.

Alat shalat kubereskan dan aku kembali berbaring di kasur tanpa dipanku. Memejamkan mata, menghibur diri, dan mengucapkan. Happy Birthday to Me… Happy Birthday to Me…. Bisik hatiku perih. Tiba-tiba aku terisak. Entah mengapa. Aku sedih di hari ulang tahunku. Kini aku sudah menikah. Terbayang bahwa diriku pantas mendapatkan lebih dari ini. Aku berhak punya suami yang mapan, yang bisa mengantarku ke mana-mana dengan kendaraan. Bisa membelikan blackforest, bisa membelikan aku gamis saat aku hamil begini, bisa mengajakku menginap di sebuah resort di malam dan hari ulang tahunku. Bukannya aku yang harus sering keluar uang untuk segala kebutuhan sehari-hari, karena memang penghasilanku lebih besar. Sampai kapan aku mesti bersabar, sementara itu bukanlah kewajibanku.

“De…. Ade kenapa?” tanya suamiku dengan nada bingung dan khawatir.

Aku menggeleng dengan mata terpejam. Lalu membuka mata. Matanya tepat menancap di mataku. Di tangannya tergenggam sebuah bungkusan warna merah jambu. Ada tatapan rasa bersalah dan malu di matanya. Sementara bungkusan itu enggan disodorkannya kepadaku.

“Selamat ulang tahun ya De’…” bisiknya lirih. “Sebenernya aku mau bangunin kamu semalam, dan ngasih kado ini… tapi kamu capek banget ya? Ucapnya takut-takut.

Aku mencoba tersenyum. Dia menyodorkan bungkusan manis merah jambu itu. Dari mana dia belajar membungkus kado seperti ini? Batinku sedikit terhibur. Aku buka perlahan bungkusnya sambil menatap lekat matanya. Ada air yang menggenang.

“Maaf ya de, aku cuma bisa ngasih ini. Nnnng… Nggak bagus ya de?” ucapnya terbata. Matanya dihujamkan ke lantai.

Kubuka secarik kartu kecil putih manis dengan bunga pink dan ungu warna favoritku. Sebuah tas selempang abu-abu bergambar Mickey mengajakku tersenyum. Segala kesahku akan sedikitnya nafkah yang diberikannya menguap entah ke mana. Tiba-tiba aku malu, betapa tak bersyukurnya aku.

“Jelek ya de’? Maaf ya de’… aku nggak bisa ngasih apa-apa…. Aku belum bisa nafkahin kamu sepenuhnya. Maafin aku ya de’…” desahnya.

Aku tahu dia harus rela mengirit jatah makan siangnya untuk tas ini. Kupeluk dia dan tangisku meledak di pelukannya. Aku rasakan tetesan air matanya juga membasahi pundakku. Kuhadapkan wajahnya di hadapanku. Masih dalam tunduk, air matanya mengalir. Rabbi… mengapa sepicik itu pikiranku? Yang menilai sesuatu dari materi? Sementara besarnya karuniamu masih aku pertanyakan.

“A’ lihat aku…,” pintaku padanya.

Ia menatapku lekat. Aku melihat telaga bening di matanya. Sejuk dan menenteramkan. Aku tahu ia begitu menyayangi aku, tapi keterbatasan dirinya menyeret dayanya untuk membahagiakan aku. Tercekat aku menatap pancaran kasih dan ketulusan itu.

“Tahu nggak… kamu ngasih aku banyaaaak banget,” bisikku di antara isakan. “Kamu ngasih aku seorang suami yang sayang sama istrinya, yang perhatian. Kamu ngasih aku kesempatan untuk meraih surga-Nya. Kamu ngasih aku dede’,” senyumku sambil mengelus perutku. “Kamu ngasih aku sebuah keluarga yang sayang sama aku, kamu ngasih aku mama….” bisikku dalam cekat.

Terbayang wajah mama mertuaku yang perhatiannya setengah mati padaku, melebihi keluargaku sendiri. “Kamu yang selalu nelfon aku setiap jam istirahat, yang lain mana ada suaminya yang selalu telepon setiap siang,” isakku diselingi tawa. Ia tertawa kemudian tangisnya semakin kencang di pelukanku.

Rabbana… mungkin Engkau belum memberikan kami karunia yang nampak dilihat mata, tapi rasa ini, dan rasa-rasa yang pernah aku alami bersama suamiku tak dapat aku samakan dengan mimpi-mimpiku akan sebuah rumah pribadi, kendaraan pribadi, jabatan suami yang oke, fasilitas-fasilitas. Harta yang hanya terasa dalam hitungan waktu dunia. Mengapa aku masih bertanya. Mengapa keberadaan dia di sisiku masih aku nafikan nilainya. Akan aku nilai apa ketulusannya atas apa saja yang ia berikan untukku? Hanya dengan keluhan? Teringat lagi puisi pemberiannya saat kami baru menikah… Aku ingin mencintaimu dengan sederhana…

September 4, 2011

Milan Glories hanyalah awal

Posted in Milan pada 10:19 pm oleh persadaarihta

Seperti yang telah kita saksikan bersama tim dari Milan Glories telah menghibur kita semua dengan kunjungannya. Itu adalah langkah awal kawan, dan yakinlah dalam waktu dekat first team AC Milan yang akan datang bermain di Indonesia.

Koreo dari Ulgad pasti akan lebih dari yang kemarin. Kami akan buat GBK menjadi mini San Siro jika mereka benar-benar datang. Memang perlu kerja keras, dan kami telah membuat langkah awal kami di pertandingan semalam. Semoga ini akan mendorong untuk para Milanisti di luar sana untuk berdoa dan bergabung bersama mewujudkan cita-cita ini.

 

From me to Milanisti Indonesia.

Grazie molto

Milan Glorie Lumat Indonesia All Star 5-1

Posted in Milan pada 10:10 pm oleh persadaarihta

Diwarnai empat gol yang dicetak oleh Serginho, tim AC Milan Glorie tampil mendominasi Indonesia All Star Legend. Milan Glorie pun mereguk kemenangan telak 5-1.

Pertandingan persahabatan antara Milan Glorie kontra Indonesia All Star ini digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Minggu (4/9/2011). Sebagian hasil penjualan tiket akan disumbangkan untuk kegiatan kemanusiaan.

Milan mencetak gol pertama dalam pertandingan ini di menit 12. Dari tendangan Christian Lantignotti yang ditepis kiper Hendro Kartiko, bola rebound dicocor Serginho jadi gol.

Tujuh menit berselang, Serginho kembali mengoyak gawang Hendro. Kali ini, bek sayap asal Brasil itu menanduk bola yang dikirim oleh Lantignotti dari sayap kanan.

Dua menit menjelang turun minum, Serginho mencetak gol ketiga buat dirinya sendiri dan Milan Glori. Kali ini, Serginho dengan mudah menyontek bola dari mulut gawang meneruskan umpan Alessandro Costacurta.

Di babak kedua, tepatnya di menit 61, Milan Glorie mencetak gol keempat. Dida, yang aslinya adalah kiper tetapi dipasang sebagai striker, menanduk masuk si kulit bundar menyambut umpan Daniele Massaro.

Milan mengubah skor jadi 5-0 di menit 69. Serginho mencetak gol keempat atas namanya dengan sebuah tendangan mendatar yang gagal dijangkau kiper Indonesia All Star, Hermansyah.

Di menit 75, Indonesia All Star membuang peluang emas melalui penalti ketika eksekusi Ponaryo Astaman ditepis kiper Massimo Taibi. Penalti diberikan akibat Rochy Putiray dilanggar Roque Junior di kotak penalti.

Indonesia All Star mendapat gol hiburan di menit 85. Adalah Ricky Yakob yang sukses merobek jala Taibi dengan tendangan voli dari dalam kotak penalti meneruskan umpan Kurniawan Dwi Yulianto.

Susunan pemain
Milan: Dida, Roque Junior, Costacurta, Baresi, Stefano Nava, Lentini, Eranio, Christian Lantignotti, Giunti, Serginho, Papin.

Indonesia: Hendro Kartiko, Ricky Yacobi, Yeyen Tumena, Jaya Hartono, Ponaryo Astaman, Aji Santoso, Bima Sakti, Charis Yulianto, Ansyari Lubis, Rochy Putiray, Widodo CP

 

http://www.detiksport.com/sepakbola/read/2011/09/04/203059/1715359/76/milan-glorie-lumat-indonesia-all-star-5-1